JMMB Juga Ada Dikru, Lho!






Assalamu’alaykum!

Terkait dengan akan diadakannya Latihan Kepemimpinan (LK) 1, JMMB memberikan semacam pembekalan materi melalui sekolah da’awi. Sekolah da’awi itu sebelas-duabelas lah sama diklat ruangan (Dikru) yang kerap diadakan oleh Kelompok Studi (KS). Sekolah da’awi konon perdana dilaksanakan pada kepengurusan ini (Makanya, kader JMMB 2014 beruntung banget, ya). Tujuannya adalah supaya kader baru JMMB tidak blank saat LK 1 nanti. 

Sekolah da’awi pada senin (10/11) bertemakan konsep diri. Pengisinya merupakan presiden Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) FIB UGM, Ahsan Ramadhan (Sejarah ’11). Ia memaparkan bahwa masalah sosial saat ini adalah kebodohan, kemiskinan dan kurang bersatunya umat.

Sebagai aktivis dakwah, sudah seharusnya sering membaca buku keislaman. Akan tetapi karena kurangnya minat baca, maka aktivis dakwah akan terjerumus dalam kebodohan. “Bagaimana mau berdakwah kalau pengetahuan islam kita masih kurang?” tegur Ahsan. Kebodohan akan menyebabkan kemiskinan. Nah, biasanya orang yang sudah miskin tidak memiliki keinginan untuk menjadi mapan. Na’udzubillah.

Untuk mencegah perluasan masalah tersebut, aktivis dakwah diwajibkan untuk memahami, melakukan dan menyampaikan isi Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan salah satu buku yang ‘berbahaya’. Kenapa berbahaya? Jadi begini, sesuai janji Allah, Al-Qur’an tidak akan musnah. Bisa saja ada yang iseng memusnahkan seluruh Al-Qur’an di muka bumi ini. Namun demikian, masih ada hafidz/hafidzah yang bisa menuliskan kembali isinya.

Selain Al-Qur’an, aktivis dakwah juga harus menjadi muslim ideal. Muslim yang ideal itu ibarat pohon: akarnya kuat, rantingnya menjulang, daunnya hijau, batanya kokoh dan buahnya bermanfaat. Nah, gimana sih caranya biar bisa jadi ‘pohon’? Ini caranya:

1.     Menambah wawasan dengan membaca buku keislaman, contohnya siroh nabawiyah
2.     Mapan secara ekonomi. Muslim itu kalau bisa jangan hidup berkecukupan saja. Kalau gak mapan, gimana bisa naik haji? Gimana bisa sedekah? Gimana bisa ngelamar jodoh idaman? (lho, jadi salah fokus).
3.     Bermanfaat di kehidupan masyarakat, jadi harus inklusif.
4.     Berusaha untuk merubah keadaan menjadi lebih baik. Nah, ini tergolong sulit. Untuk membuat perubahan itu butuh berfikir jauh kedepan, tidak sendirian dan usahanya bersifat sustainable (berkelanjutan) karena membutuhkan waktu yang lama.

Oya, sebagai penutup, Ahsan berpesan amat bagus, yaitu:
Jika sekililing anda gelap dan anda menyadarinya, berarti bukankah anda yang diutus Allah untuk menghapus kegelapan itu? Maka berhentilah mengeluh dan berkilaulah

Sudah ya, gini aja. Wassalamu’alaykum~


Seadanya by Fitri YR

0 komentar: