[Radiologi] Sudah Benarkah Puasa Kita?


By : Ust. Ransi M. Al-Indragiri

Bismillahirrahmanirrahiim..

Saat kita berbicara tentang puasa, pasti tidak akan pernah terlepas dari perintah-Nya dalam Q.S Al-Baqarah : 183 yang artinya,
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”

Kata as-shaum yang di dalam bahasa kita, diartikan sebagai puasa. Tetapi, kata as-shaum sebenarnya bermakna al-imsak yang artinya adalah peringatan. Peringatan di sini menunjukkan bahwa sebentar lagi akan tiba adzan subuh dimana memasuki waktu untuk berpuasa. Dengan kata lain, batasnya mulai berpuasa adalah saat adzan subuh. Selain berarti peringatan, al-imsak berarti menahan. Oleh karena itu, inti dari puasa adalah menahan. Akan tetapi kebanyakan orang mengerdilkan makna “menahan” dalam berpuasa hanya cukup menahan lapar, haus, dan tidak melakukan hubungan suami istri. Padahal, makna “menahan” dalam puasa selain dari menahan lapar, haus, dan berhubungan suami istri adalah dimana semua anggota tubuh juga berpuasa. Diantaranya :

a.       Menahan mata
Mata kita dijaga dari sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT, seperti melihat aurat orang lain dengan sengaja

b.      Menahan lisan
Menahan lisan di sini, dibagi menjadi tiga, yaitu menahan dari sikap ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba) dan dusta (berbohong). Ketika seseorang melaksanakan amal sholih, akan tetapi lisan tidak dijaga, maka sia-sialah amal sholih tersebut. Suatu hari ada sahabat yang pernah bertanya pada Rasul, seseorang yang baik amalannya, baik sholatnya, baik puasanya, tapi tidak bisa menjaga lisannya apakah orang tersebut akan masuk surga? Maka, Rasul menjawab bahwa  orang tersebut tidak akan masuk surga.

c.       Menahan telinga
Telinga kita dijaga dari mendengarkan sesuatu yang diharamkan dan dilarang oleh Allah SWT, seperti dijaga dari mendengarkan gosip, dijaga dari mendengarkan musik-musik yang melalaikan

d.      Menahan hati
Hati dijaga untuk selalu bersikap khusnudhon pada Allah, pada orang lain, maupun pada diri sendiri.

e.       Menahan tangan
Tangan kita dijaga dari hal-hal yang bisa mendholimi orang lain, seperti meminjam barang tapi belum meminta izin kepada pemiliknya dan dijaga dari menyakiti orang lain

f.       Menahan kaki
Kaki kita harus dijaga, jangan sampai pergi ke tempat-tempat yang bisa menimbulkan maksiat, dan menghindari tempat-tempat yang tidak ada manfaatnya seperti menghadiri konser-konser.

            Rasulullah pernah bersabda Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shohih ligoirihi –yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya) (rumaysho.com).

Padahal Allah menjanjikan tiga hal untuk orang yang melaksanakan puasa yaitu pahala yang berlipat ganda, pengampunan (puasa dapat menghapus dosa), dan derajad yang tinggi. Puasa akan bernilai pahala apabila mampu meninggalkan dosa-dosa yang besar maupun dosa yang kecil. Puasa merupakan tembok, perisai, maupun pembatas seseorang dari dosa. Apabila saat melaksanakan puasa, tidak bisa membatasi diri dari perbuatan dosa, maka puasa yang sedang dikerjakan adalah sia-sia. Untuk itu, agar puasa yang kita jalankan berkualitas, harus dibekali dengan ilmu. (Zl/06)

Allahu a’lam..



Referensi :
https://rumaysho.com/469-jangan-biarkan-puasamu-sia-sia.html

0 komentar: