[Press Release] KASARI : Sudah benarkan shalat kita?



Bismillahirahmaanirrahiim...


Alhamdulillah Kajian Syariat Islam (KASARI) hadir kembali di tahun 2016. KASARI perdana ini mengusung tema Fikih Shalat dengan menghadirkan narasumber Ustadz Ransi Mardi Alindragiri. Bayu (2015) sebagai pemandu acara membuka KASARI tepat pada pukul 16.30 WIB kemudian dilanjutkan dengan tilawah oleh Porta (2015) dan pematerian oleh Ustadz Ransi mengenai Fikih Shalat.

Shalat merupakan salah satu dari sekian kewajiban yang harus dikerjakan umat islam yang sudah baligh. Secara bahasa shalat memiliki arti do’a dan dzikr (megingat). Sedangkan menurut istilah shalat memiliki arti sebuah ibadah khusus yang dibuka dengan takbiratul ihram dan ditutup dengan salam. Pembahasan shalat menjadi sangat penting untuk dikaji mengingat hadits-hadits Rosullah yang berbunyi :

·         Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

” إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ ” .

Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala  mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”

Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.” (HR. Abu Daud no. 864, Ahmad 2: 425, Hakim 1: 262, Baihaqi, 2: 386. Al Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih dan tidak dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, penilaian shahih ini disepakati oleh Adz Dzahabi)

·         Dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ
Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.” (HR. Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no. 3973. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Ibarat sebuah bangunan, bangunan itu dinamakan agama islam. Syahadat adalah pondasi yang menjadi dasar dari bangunan dan shalat berkedudukan sebagai tiang dari bangunan tersebut. Bisa dibayangkan bagaimana jika suatu bangunan tidak memiliki tiang yang kokoh. Bagaimana jika suatu bangunan  memiliki tiang rapuh,tiang yang mudah runtuh. Maka bisa dipastikan keislaman kita merupakan keisalaman yang rapuh pula karena shalat merupakan ibadah utama yang akan pertama kali dihisab di akhirat nanti. Jika shalat kita baik, maka akan memberatkan timbangan amal baik kita karena shalat yang baik akan membuat amalan yang lain menjadi baik. Dan sebaliknya, jika shalat kita rusak, maka amalan-amalan baik kita akan menjadi sia-sia.

Terdapat tiga kategori dimana shalat dikatakan shalat yang rusak, yaitu :

1.      Shalat yang waktu pelaksanaanya ditunda-tunda
Diterangkan dalam Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-ma’un ayat 4 dan 5 bahwasanya orang yang shalatnya celaka ialah orang yang lalai terhadap waktu shalat yang berarti ia sengaja menunda-nunda shalat karena alasan yang tidak syar’i. Kemudian dalam Surat Maryam ayat 59 dijelasakan bahwasanya orang-orang yang menunda shalat nantinya akan ditempatkan di kawah neraka jahannam yang mana kawah ini bisa melelehkan gunung jika gunung tersebut melewati kawah tersebut. Na’udzubillahimindzaalik

2.      Shalat yang dilaksanakan dengan tidak khusyu’
Khusyu’ sendiri bermakna fokus pada apa yang sedang dilakukan yaitu beribadah pada allah. Perintah khusyu’ dalam shalat telah dijelaskan dalam Surat Al-mu’minun ayat 1-3. Kemudian Rosulullah SAW juga bersabda yang artinya : “Betapa banyak orang yang mendirikan shalat tapi tak mendapat apa-apa dari shalatnya melainkan capek dan lelah”. Karena shalat seseorang hanya dapat bernilai ketika ia mengerjakannya dengan khusyu’, maka khusyu; merupakan bagian dari shalat yang harus senantiasa kita mengusahakannya. Berikut ada beberapa tips khusyu’ dari Ustadz Ransi yang dapat kita terapkan :

(1)   Berdoa pada allah agar diberi hati yang khusyu’.
Artinya: Ya allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dari hati yang tidak khusyu’(lalai), dari jiwa yang tidak pernah puas, dari ilmu yang tidak bermanfaat dan doa yang tidak dikabulkan.
(2)   Melakukan banyak amal shaleh dan meninggalkan sebanyak-banyaknya maksiat.
(3)   Banyak membaca al-quran
(4)   Membaca doa tiap keluar rumah
(5)   Membaca doa ketika berjalan menuju masjid
‘’Bismillahi aamantu billaahi i’tashomtu billaahi tawakkaltu ‘alaihi wa laa haulaa wa laa quwwata illaa billaahi’’
Artinya: Dengan nama allah, aku beriman kepada allah, aku berlindung kepada allah, aku bertawakkal kepada allah, tiada tipu daya kecuali hanya bagi allah.
(6)   Membaca doa ketika masuk masjid

اَللّهُمَّ افْتَحْ لِيْ اَبْوَابَ رَحْمَتِكَ
Artinya : “Wahai Tuhanku, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu

(7)   Medahulukan kaki kanan saat masuk masjid
(8)   Melaksanakan shalat qobliyah atau shalat takhiyatul masjid
(9)   Setelah membaca doa iftitah membaca doa :
Artinya : Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi maha mengetahui dari setan yang terkutuk.
 (10) Memperhatikan sungguh-sungguh apa yang dibaca. Baik bacaan al-quran maupun bacaan dalam shalat.
  (11) Ketika berdiri pandangan mata ke arah tempat sujud dan ketika duduk pandangan mata      ke arah pangkuan tangan.
 (12)  Usahakan untuk shalat di tempat yang kondusif.

3.      Shalat yang tidak dikerjakan sesuai dengan syarat dan rukunnya.
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa pada suatu hari, seorang sahabat masuk ke dalam masjid. Saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam juga tengah berada dalam masjid, tepatnya di sudut masjid. Sebagai penghormatan terhadap masjid, sahabat tersebut melakukan shalat sunnah dua raka’at tahiyyatul masjid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam memperhatikan shalat sahabat tersebut. Usai mengerjakan shalat, sahabat itu mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam menjawab “Wa’alaikumussalam. Tolong ulangi shalatmu, karena sesungguhnya engkau tadi belum shalat!” Sahabat itu kaget dengan perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam. Dengan tanda tanya dalam hati, ia kerjakan juga perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam. Ia mengulangi shalatnya kembali, secara tertib dari takbir sampai salam, sebanyak dua raka’at. Usai mengerjakan shalat, sahabat itu mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam menjawab “Wa’alaikumussalam. Tolong ulangi shalatmu, karena sesungguhnya engkau tadi belum shalat!” dan kejadian ini berlangsung terus menerus sampai akhirnya sahabat mengatakan “Demi Allah Yang telah mengutus Anda dengan kebenaran, saya tidak bisa shalat selain seperti shalat yang tadi. (Jika apa yang saya kerjakan tadi salah), maka ajarilah saya!” dan Dengan penuh kasih sayang dan kesabaran, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam mengajari sahabat tersebut. Beliau bersabda,

«إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَأَسْبِغِ الوُضُوءَ، ثُمَّ اسْتَقْبِلِ القِبْلَةَ فَكَبِّرْ، ثُمَّ اقْرَأْ بِمَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ القُرْآنِ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَسْتَوِيَ قَائِمًا، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا، ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلاَتِكَ كُلِّهَا»

“Jika engkau hendak melaksanakan shalat, maka lakukanlah wudhu’ dengan sempurna, kemudian menghadaplah kiblat dan ucapkanlah takbir, kemudian bacalah surat (ayat) Al-Qur’an yang mudah bagimu (yaitu setelah membaca surat Al-Fatihah), kemudian lakukanlah ruku’ sampai engkau thuma’ninah (tenang) dalam ruku’, kemudian angkatlah kepalamu sampai engkau berdiri secara sempurna, kemudian lakukanlah sujud sampai engkau thuma’ninah (tenang) dalam sujud, kemudian angkatlah kepalamu dan duduklah (di antara dua sujud) sampai engkau thuma’ninah (tenang) dalam duduk, kemudian lakukanlah sujud sampai engkau thuma’ninah (tenang) dalam sujud, kemudian angkatlah kepalamu sampai engkau thuma’ninah (tenang) dalam duduk (((dalam riwayat lain: kemudian berdirilah engkau sampai engkau thuma’ninah (tenang) dalam berdiri))), dan lakukanlah hal itu dalam seluruh (raka’at) shalatmu!”

Dari hadist diatas dapat disimpulkan bahwa sangat penting untuk mengetahui apa saja syarat dan rukun shalat secara menyeluruh karena banyak dari kita yang mungkin sudah merasa shalat kita ‘baik-baik saja’ tapi ternyata masih belum sesuai dengan syarat dan rukun yang diajarkan Rosulullah SAW. Padahal Rosul pernah bersabda :
“Shalatlah sebagaiamana aku shalat” (Ayr)

Wallahu a’lam


KASARI #2 yang insya allah diselenggarakan pada tanggal 11 April 2016 sekaligus membahas mengenai Fikih KKN  (ibadah dalam keadaan darurat). So, Save  the date, then come and join.. J

0 komentar: