JIDAT 1435 H, Sudah Sempurna Kah Shalat Kita?



Jumat (4/4) rerumputan swadaya terlihat berbeda dari biasanya. Salah satu Bidang di Lembaga keislaman JMMB, yaitu Bidang Syiar Islam (BISI) mengadakan Kajian Peribadatan (JIDAT). Kajian Peribadatan (JIDAT) kali ini membahas perihal yang mungkin banyak dianggap remeh karena sudah menjadi kebiasaan umat muslim, yaitu shalat. Kajian ini disampaikan oleh Ustadz Nashir. Beliau tidak hanya sekadar memberi ceramah materi belaka, namun juga menyuplai dan mentransfer semangat ibadahnya kepada hadirin.

Kajian ini dihadiri 19 akhwat dan 16 ikhwan mahasiswa Fakultas Biologi. Kajian di area terbuka ini mengundang perhatian. Apalagi di dekat tempat Mahasiswa lalu lalang di jam pulang, membuat semakin banyak mahasiswa yang ikut serta.

Pada JIDAT kali ini Ustadz Nashir menyampaikan ayat-ayat penyemangat untuk lebih bersungguh-sungguh dalam beribadah dan mendekat pada Allah Subhanahuwata’ala, di antaranya; Al-Ankabut:45-46, Al-Baqarah:208, Al-Maun ayat 1-7.

Terkadang gangguan dalam shalat memang sulit dihindari. Namun demikian, perintah Allah untuk tidak lalai dan tidak riya ( yuraa’uun ) dalam shalat menjadi mutlak karena tercantum dalam QS Al-Ma’uun. Lalai di sini bisa berarti lalai terhadap pakaian yang digunakan saat shalat, waktu pelaksanaan shalat, kekhusyukkan/konsentrasi, gerakan shalat yang tidak ada tuntunannya, dan tidak melaksanakannya. Hal yang sangat penting bagi umat muslim untuk senantiasa mengikuti apa yang Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam ajarkan, sebagaimana sabda Rasul, “Shalatlah sebagaimana aku shalat.”

Pada surah Al-Ankabut ayat 45 diterangkan bahwa shalat itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. Kemudian di ayat selanjutnya dijelaskan maksud khusyuk di sini, yaitu khusyuk hati, shalat dengan penuh harap untuk bertemu Allah.

Dalam kajian ini, Ustadz Nashir selalu menekankan bahwa shalat itu harus lillahi ta’ala. Shalat itu menjadi istimewa bukan karena apa-apa melainkan karena siapa yang memerintahnya, yaitu Allah ‘Azza wa Jalla.

Seluruh peserta terlihat antusias, salah satunya Chandra Pradhitaningrum (Biologi ’11). “Suasana yang dibuat santai membuat kajian ini menjadi menarik. Tapi sayang, kajiannya terhitung singkat,” ujarnya. Selain Chandra, Amir Sidiq (Biologi ’11) juga menanggapi, “Pemilihan topiknya sesuai. Shalat itu, kan hal yang mendasar dalam agama. Jadi saya tidak canggung untuk mengikuti kajian sampai akhir.”
Lily/BIMO

0 komentar: