COROLLA, Manajemen Cinta dalam Ukhuwah dan Dakwah


Muslimah Fakultas Biologi UGM memiliki beragam latar belakang, budaya dan karakter. Keberagaman ini memang dapat membuka wawasan dan dapat memperluas pergaulan. Namun demikian, hal tersebut seharusnya tidak dijadikan alasan untuk mengesampingkan syariat islam. Walaupun berbeda-beda, muslimah tetaplah muslimah. Saling bahu membahu dalam mencapai ridho Allah adalah salah satu kewajibannya. Tak sedikit pula muslimah yang mengikuti lembaga dakwah. Tetapi, itu tidak menjamin mereka dari godaan syaitan. 

Syaitan akan terus mencari celah, salah satunya dengan menebar bumbu-bumbu percintaan meskipun di forum islami. Oleh karena itu, Bidang Pengembangan Muslimah (BPM) JMMB mengadakan kajian bulanan, COROLLA (Create  from zero to the real sholiha): Witing Tresna Jalaran Saka Kulina (14/3).  

Dalam kajian ini, BPM mengundang Anis Uswatun Khasanah, Mahasiswa S2 Biologi UGM sekaligus Ammah Pesantren Mahasiswi Darush Shalihat. “Cinta itu kodrat, datangnya dari Allah. Oleh karena itu, perlu manajemen yang baik agar menjadi ladang pahala,” papar Anis. 

Sayangnya, cinta terkadang tersamarkan dengan nafsu. Berdasarkan paparan Anis, nafsu itu harus ditundukkan. Manusia diberi akal untuk memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Itulah yang membedakannya dari binatang. Allah berfirman, "Dan jangan sekali-kali engkau mengikuti hawa nafsu. Karena dengan itu (akibat mengikuti hawa nafsu) akan menyesatkan/memalingkan engkau dari agama Allah." (QS. Shaad: 26). 

Tidak ada salahnya jatuh cinta, hanya saja harus diketahui bagaimana menyalurkannya. “Kalau jatuh cinta itu, tidak harus langsung menikah, kok. Ada banyak cara untuk mengekspresikannya,” ujar Anis. 

Jika belum siap, ada baiknya mengisi penantian itu dengan mendekatkan diri kepada Allah. Menurut Anis, yang harus dilakukan adalah menambah intensitas beribadah, kalau perlu dipaksa. Insya Allah dengan adanya kuantitas, lama kelamaan akan diiringi pula dengan kualitas. Ada baiknya pula mengisi waktu luang dengan aktivitas yang bermanfaat. Dengan kesibukan, itu akan mencegah muslimah untuk memikirkan si ‘dia’. “Masa muda itu sayang kalau dihabiskan buat galau,” tambahnya. 

Selain itu, dalam sebuah forum, lebih bijak dalam bertindak juga diperlukan. Diam akan jauh lebih baik daripada bertingkah berlebihan. “Tapi, kita tidak perlu terlalu eksklusif. Lingkungan kita ini heterogen. Jadi jangan terlalu menutup diri, tapi pintar-pintarlah menyesuaikan diri dalam pergaulan,” tutur Anis. 

Kajian ini dihadiri 33 muslimah Biologi dari beberapa angkatan. Selain mendapatkan ilmu yang bermanfaat, peserta juga mendapatkan souvenir berupa pin dari kain flannel yang dibuat oleh pengurus JMMB sendiri. “Konsepnya bagus, kajian ini dibawakan dengan santai, jadi tidak membosankan. Selain itu dapat souvenir lucu-lucu pula,” ujar Rizka Berlianita (Biologi ’12).
Pipit/BIMO

0 komentar: