Masihkah bisa disebut sebagai orang yang beriman? Ketika di hati terselip dengki. Ketika di lisan masih terucap sampah. Ketika di mata terpantul bayang syahwat. Ketika di telinga teralirkan arus kotoran. Masihkah? Ketika malas masih menguasa, memperdaya dan melemah-lemahkan diri, padahal telah mengilmui do’a : “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari rasa lemah dan malas.” Padahal telah mengerti, orang-orang besar dunia tidak beternak kemalasan. Mereka bertanam kerja keras dengan pupuk tekad membara. Mereka melalui musim kemarau keberhasilan dengan usaha, inovasi dan do’a. Dan pada musim ini lah, mereka melahirkan ide-ide kreatif. Membesarkannya dengan kesabaran. Maka, ketika musim hujan sukses telah tiba, mereka yang merupakan orang-orang besar sejati, bersujud syukur. Memuji, bertasbih, berrtahmid tuju Ilahi rabbi. Padahal telah mengilmui hal ini. Jadi, masihkah dapat disebut sebagai orang yang beriman?
Hidup tidak selamanya berumur muda. Hidup dalam hitungan hari demi hari akan membentuk sebuah mushaf sejarah. Maka tegakah mengisinya dengan cerita-cerita kemalasan? Ketika sadar bahwa kelak akan memegang amanah yang lebih berat, tapi masih juga tidak bersiap-siap. Masihkah bisa disebut sebagai orang yang beriman? Padahal masih terngiang di telinga : “Siapkanlah dari apa-apa yang kamu dapat siapkan, untuk menggetarkan musuhmu...” Masihkah?
Kertas-kertas sejarah diisi dengan keburukan perilaku, kerendahan akhlak, ketidakrapian diri, kekacauan managemen, ketidakselamatan akidah, ketidakpedulian terhadap kesehatan diri, kelemahan ibadah, kekurangan usaha menuju finansial freedom, sifat egoistis, mementingkan diri sendiri, acuh terhadap sosial dan lingkungan, tak bermanfaat bagi orang lain .....
Cerita dalam mushaf sejarah ini masih panjang, lembaran demi lembarannya diisi dengan kisah mengecewakan. Masih ada kertas kosong dan putih, syukurlah. Selanjutnya, hanyalah usaha, kerja keras dengan tekad membara berburu kebaikan yang kan diharapkan, dan semestinya diusahakan, mewarnai lembaran kosong putih sejarah itu. Optimis. Berubah. Kuncinya itu saja. Ingat, umur tidak selalu muda. Amanah kan bertambah...
“Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga kaum tersebut mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
“sesungguhnya di balik kesusahan itu ada kemudahan”(QS Al Insyirah :6)
“...Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang yang tidak beriman.”
Selesai pada 25 maret 2008
Diketik pada 4 April 2008
Ziyd
0 komentar: